Aku tak pernah pasrah pada luka
Atau dengan getir yang ditinggalkan dengan sengaja
Namun aku juga enggan kehilangan diriku sendiri
Diantara dedurian yang pada akhirnya akan melapuk
Mungkin diamku adalah bahasa paling tulus
Melebihi omong kosong yang diinginkan
Melebihi tangisan yang diraungkan
Karena itu adalah waktu untuk hati menjerit
Ketika semua menjadi begitu bising
Silakan menari diatas panggung opera yang begitu megah
Karena aku tak lagi mampu melakukannya
Lampu-lampu disana terlalu silau
Untuk diriku yang nyaris buta
Saya berharap semua orang sedikit lebih bahagia
Dengan cara yang sangat sederhana
Entah mengapa, saya merasa mereka sangat kesakitan
Hingga, terbiasa memberikan luka yang sama, dengan luka yang mereka terima
Bahkan diantara kematian yang berulang, saya semakin menginginkan kehidupan lebih dari apapun
Rasanya terlalu kering untuk menelan kecewa, namun dahaga ingin terpenuhi juga
Mungkin hanya sejenak, atau bisa jadi selamanya
Saya hanya ingin menjadi "saya"
Dimana saya dicintai hanya karena itu adalah "saya"
Namun terkadang terasa salah
Ketika menjadi begitu angkuh
Namun terlepas dari itu, saya telah memperhitungkan segalanya
Bahkan jika harus terlihat bodoh
Saya akan tetap memilih tidak membenci meski ingin
Begitulah cara saya merawat hati dan kebahagiaan yang pernah saya relakan
Hanya karena rasa sakit yang tak seberapa
Ini terasa sulit, namun entah mengapa saya tidak ingin menyerah
Terlepas dari tumbuh ditengah-tengah luka dan keputusasaan, begitu banyak cinta yang saya terima
Saya bersyukurkarenanya, melebihi kehadiran yang mungkin dulu saya impikan
Melebihi jalan yang mungkin pernah, saya idamkan
Melebihi dari makna "secukupnya"
Saya berharap Tuhan memeluk semua jiwa sebelum mendingin
Terlepas seberapa jauh mereka telah meninggalkan dirinya sendiri
Hingga ada celah dimana mereka mampu bernafas sejenak
Dan tersadar, bahwa masih ada yang tersisa dari reruntuhan yang mereka buat
Bahwa ketika langkah mereka menjandi terlalu jauh, mereka masih pantas untuk kembali
Namun bila tiada seseorang pun yang menunggu, mereka tau, mereka memiliki langit yang begitu biru
Seseorang telah berhenti...
Berhenti merayakan pesakitan yang sangat ia sukai
Berhenti menatap dalam-dalam, kepada dedaunan yang telah mengering
Seakan semua memang seharusnya begitu
Seakan ia "berhenti" Hanya demi bertahan
Bertahan demi langkah tanpa penyesalan
Hingga tiada kenangan yang begitu mengikat
Hingga langkah setelahnya tidaklah berat
Sesuatu yang sangat sederhana Namun melegakan
Ia tak lagi ingin menyalahkan apapun dan siapapun
Ia hanya ingin hidup, dengan memeluk dirinya sendiri
Sedingin apapun udara malam
Ia akan tetap menjadi hangat, dengan segelas susu, bersama cahaya kunang-kunang
Saya tidak lagi menggebu-gebu dalam menyukai hujan
Namun rintiknya masih saja menyesakkan
Seakan itu adalah sebuah hukuman yang diberikan oleh langit
Kepada jalang yang menyedihkan
Sesederhana berharap semua berbahagia
Bermimpi memiliki andil menentukan kematian
Pada akhirnya tak lebih dari seseorang yang kehilangan lebih dari setengah kewarasannya
Menjalani hidup, disudut yang paling samar
Berusaha mati-matian tak terlihat
Lantas mengapa masih saja mereka tidak berbahagia
Lantas mengapa, mereka terasa semakin menyedihkan
Setidaknya jika abai, mereka bebas menari diatas lautan
Namun, ketika telah menjadi abu
Kita menangisinya, dengan begitu gila
Berandai-andai, "andai bisa melebur bersama bara yang merekah, mungkin akan lebih baik"